Tuesday, December 06, 2005

Dalam pekat beludru malam, bermodalkan terik sebuah bintang biru kecil kutuliskan sekali lagi tentang cintaku yang mengalir tiada mengenal hulu padamu.
Dalam kepulan asap rokok kretekmu akan selalu kurindu lembut parasmu yang mulai tergores oleh jejak waktu yang terus merentang tak kenal istirahat. Seolah mengingatkan akan lama hadirmu di alam ini hampir 29 tahun lamanya.
Dunia masih terus menghantammu, mengayunkan tangan kekarnya menghancurkan impian yang telah kau bangun dengan payah dan harapan. Pelan namun pasti masih kau punguti terus remahnya sebagai modal ulang mimpimu.
Meski tak dalam hitungan detik sekalipun kudengar helaan nafasmu, yang entah kamu begitu tabah dan sabar atau mulutmu sibuk bercerita dan menghisap asap kretek yang belum membubung.
Semilir angin lembut mengelus punggungku, masih kudengar semua beban yang memperlambat pacuanmu. Senyum lirih masih tetap tersungging diselanya. Tak pelak tanganku meraih tanganmu seolah mencoba mengangkat beban itu dan mencari intisari dirimu yang terkukung dipagarinya.
Sesaat kutemukan ia yang lemah dan berkata “betapapun aku mencintaimu, kehidupan yang melahirkanku menuntutku berjalan sendiri dan tidak menyeretmu dalam pusarannya”
Kejutku menarik diri dan mundur selangkah. Dunia nyata memanggilku untuk kembali menyusuri setapak jalanku yang bukan jalanmu. Sempat kusesali hadirku yang terlambat 5 tahun.
“jangan cintai aku” gamang suaranya masih terdengar
Malam kian melarutkan dirinya bersama waktu dan lelah semakin mencengkram tubuh tipismu. Sejenak kupandang ragamu yang masih seperti biasa tanpa membiaskan memar dan lebam yang ada dalam jiwamu.
“pulanglah…tak ada lagi yang dapat menenangkan, dalam kesendirianku, aku bebas meniti jalanku”
Bungkam tubuhku melepas jiwa yang tak mau mengerti dan terus menggandeng tanganmu kemanapun kamu berjalan. Di tubuh yang tak bisa mengerti aku hanya diam, tapi jauh di jiwa kutahu kita bersama bebas dan ketika hari itu tiba, kita akan melesat kencang melebihi bintang maha terang menembus nebula dan mati bersama.
“aku adalah belahan jiwamu, berhenti mencintaimu adalah tak mungkin” bisikku pelan mengiringimu lari menerjang hidup yang siap menerkam dan mencabikmu lagi.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home