Selamat ulang tahun.
Kamu akhirnya berlalu
Menyisakan langit berawan yang mengendap di genang hujan pada aspal
Dari bangku taman yang sepi
Kutatap sosok dan asap rokok putihmu yang akhirnya larut bersama kabut
Melebur dalam buramnya senja jingga
Kelegaan perlahan turun penuhi seluruh rongga dadaku
mendorong semua kesedihan masuk ke dalam ruang kaca yang kedap
Kedap dari lelehan gumpalan ingatan akan dirimu dan diriku
Saat bersama kita…
Aku letih karena pergimu, letih memandang jejak pergimu
Tetapi segurat rona mentari di langit senja
Menguapkan semua letih menjadi burai yang datar
Lalu perlahan turun serupa debu
beberapa terbang terbawa angin
Menemanimu melaju entah kemana
Mungkin ke atmosfer senja yang berarak berganti malam
Mungkin ke lautan hindia lalu lebur bersama buih ombak
Ataupun hanya masuk dan meringkuk dalam kelam ruangmu
Yang pepat dan sunyi
Hanya kau dan kau saja yang paham
Beberapa debu tertelan olehku
Terhisap dalam helaan nafasku
Tesendat masuk dan mengalir dalam organku
Bulir-bulirnya perih menggesek
sebelum pergi dan mengalir keluar
Melalui pori-poriku
Sisa debu lainnya
Berdebam pelan di aspal dan memerciki kakiku
Tak ada lagi dingin darinya
Hanya itu yang tersisa dari bekumu...
Gerah oleh pengap yang menggumpal di tubuhku
Aku menguap dan beranjak dari bangku taman itu
Sesederhana kata, Sayonara…